Profil Desa Batursari

Ketahui informasi secara rinci Desa Batursari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Batursari

Tentang Kami

Profil Desa Batursari, Kecamatan Sirampog, Brebes, menyingkap potensi agrowisata di dataran tinggi dengan andalan Bukit Baper. Dikenal sebagai lumbung sayur, desa ini menghadapi dinamika pembangunan dan tata kelola pemerintahan yang menjadi sorotan wargan

  • Sentra Pertanian Dataran Tinggi

    Desa Batursari merupakan salah-CEO produk utama sayuran mayur seperti kentang, kubis, dan daun bawang yang menopang perekonomian lokal di wilayah selatan Brebes

  • Potensi Wisata Alam yang Berkembang

    Keberadaan objek wisata Bukit Batursari Permai (Baper) menjadi magnet bagi wisatawan lokal dan menunjukkan potensi besar desa dalam pengembangan sektor pariwisata berbasis alam

  • Dinamika Pemerintahan dan Kontrol Sosial

    Peristiwa mundurnya kepala desa pada awal tahun 2025 akibat desakan warga terkait pengelolaan dana desa menunjukkan tingginya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengawal pembangunan

Pasang Disini

Desa Batursari, yang terletak di Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, merupakan salah satu desa di wilayah pegunungan yang menyimpan potensi besar di sektor pertanian dan pariwisata. Berada di ketinggian, desa ini tidak hanya menawarkan hawa sejuk dan pemandangan alam yang memukau, tetapi juga menjadi sorotan publik berkat dinamika sosial dan pemerintahan yang terjadi baru-baru ini. Profil ini mengulas secara mendalam kondisi geografis, demografi, potensi ekonomi, hingga tantangan pembangunan yang dihadapi Desa Batursari.

Desa Batursari di Jantung Dataran Tinggi Brebes

Secara geografis, Desa Batursari berada di kawasan dataran tinggi di ujung tenggara Kabupaten Brebes. Wilayah ini menjadi bagian dari Kecamatan Sirampog yang topografinya didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, menjadikannya daerah yang subur untuk pertanian hortikultura. Letaknya yang strategis, berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal, memberikan pengaruh terhadap corak sosial dan ekonomi masyarakatnya.

Kecamatan Sirampog sendiri memiliki luas wilayah 7.418,51 hektare. Batas-batas wilayah Kecamatan Sirampog meliputi:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Tonjong

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kabupaten Tegal

  • Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Paguyangan

  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan Bumiayu

Meskipun data spesifik mengenai luas wilayah Desa Batursari belum dipublikasikan secara resmi, posisinya di antara desa-desa dataran tinggi lainnya seperti Kaligiri dan Dawuhan menempatkannya sebagai salah satu penyangga utama ekosistem pertanian di kawasan tersebut. Suhu udara yang sejuk sepanjang tahun menjadi ciri khas utama yang mendukung aktivitas pertanian dan menarik minat pengunjung untuk datang.

Demografi dan Struktur Kependudukan

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Brebes, jumlah penduduk Desa Batursari pada tahun 2023 tercatat sebanyak 3.000 jiwa. Populasi ini terdiri dari 1.506 penduduk laki-laki dan 1.494 penduduk perempuan, menunjukkan komposisi gender yang relatif seimbang. Angka ini mengalami sedikit peningkatan dari Sensus Penduduk tahun 2020 yang mencatat jumlah penduduk sebanyak 2.906 jiwa.

Dengan jumlah penduduk tersebut, Desa Batursari tergolong sebagai desa dengan populasi yang tidak terlalu padat jika dibandingkan dengan desa lain di Kecamatan Sirampog seperti Desa Benda yang berpenduduk lebih dari 9.000 jiwa. Kepadatan penduduk yang relatif rendah ini selaras dengan karakteristik wilayahnya yang berupa kawasan pertanian dan perbukitan. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, sementara sebagian lainnya bergerak di sektor perdagangan, jasa dan sebagai perantau.

Potensi Ekonomi Berbasis Agrikultur Sayuran

Sektor pertanian merupakan tulang punggung utama perekonomian Desa Batursari dan Kecamatan Sirampog pada umumnya. Lahan yang subur di ketinggian ideal dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menanam berbagai komoditas sayuran mayur yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Produk pertanian utama dari desa ini mencakup kentang, kubis, wortel, dan daun bawang. Hasil panen ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga dipasok ke berbagai pasar besar di wilayah Bumiayu, Tonjong, Ajibarang, bahkan hingga ke kota-kota besar lainnya di Jawa Tengah.

Selain sayuran, Kecamatan Sirampog juga dikenal sebagai daerah pengembang varietas padi unik, yakni beras hitam, yang telah resmi terdaftar di Kementerian Pertanian. Meskipun penanamannya terkonsentrasi di beberapa desa tetangga, keberhasilan pengembangan produk unggulan ini memberikan citra positif bagi seluruh wilayah kecamatan sebagai kawasan agraris yang inovatif. Keberhasilan sektor pertanian ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya air yang melimpah dari beberapa mata air di pegunungan sekitar.

Meskipun sektor pertanian menjadi andalan, masyarakat Desa Batursari juga menghadapi tantangan ekonomi. Pada Januari 2025, muncul sebuah gerakan dari Aliansi Masyarakat Batursari Maju (AMBM) yang memprotes keberadaan koperasi dan praktik pinjaman informal atau "bank mingguan". Aksi ini, yang ditandai dengan pemasangan spanduk larangan, menyoroti keresahan warga terhadap jerat utang berbunga tinggi yang dinilai merusak perekonomian dan keharmonisan rumah tangga. Fenomena ini mengindikasikan adanya kebutuhan akan literasi keuangan dan akses terhadap lembaga pembiayaan formal yang lebih mudah dijangkau oleh masyarakat pedesaan.

Menggali Pesona Wisata Alam: Bukit Baper dan Puncak Sembung

Di luar sektor pertanian, Desa Batursari memiliki potensi besar di bidang pariwisata alam yang mulai dikembangkan secara aktif oleh masyarakat lokal. Daya tarik utamanya yaitu Bukit Batursari Permai, atau yang lebih populer dikenal dengan nama Bukit Baper. Terletak di ketinggian sekitar 1.499 meter di atas permukaan laut (mdpl), Bukit Baper menawarkan panorama pegunungan hutan pinus, hamparan lahan pertanian, serta pemukiman penduduk yang tertata di lereng perbukitan.

Objek wisata ini dikelola secara kolaboratif oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Batursari, dan Perum Perhutani. Pengunjung, yang mayoritas berasal dari kalangan remaja dan keluarga, datang untuk menikmati udara segar dan berswafoto di beberapa titik yang telah disediakan, seperti selfie deck. Pemandangan yang indah menjadikan lokasi ini cepat populer di media sosial dan menjadi destinasi alternatif bagi warga di Kabupaten Brebes dan sekitarnya.

Selain Bukit Baper, di kawasan ini juga terdapat Puncak Sembung, sebuah area di ketinggian sekitar 2.300 mdpl yang menawarkan pemandangan unik berupa perkebunan sayur yang membentang luas. Berbeda dengan puncak gunung pada umumnya yang berupa hutan lebat, Puncak Sembung justru menampilkan lanskap agrikultur yang produktif. Potensi ini, jika dikelola dengan baik melalui konsep agrowisata, dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian desa, di mana pengunjung tidak hanya menikmati pemandangan tetapi juga dapat belajar tentang proses budidaya sayuran dataran tinggi.

Tata Kelola Pemerintahan dan Dinamika Sosial Terkini

Aspek tata kelola pemerintahan di Desa Batursari menjadi sorotan tajam pada awal tahun 2025. Puncaknya terjadi pada 6 Januari 2025, ketika Kepala Desa Batursari saat itu, Judin, secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya. Keputusan ini diambil setelah menghadapi desakan kuat dari ratusan warga yang menggelar aksi unjuk rasa. Warga menuntut pertanggungjawaban terkait dugaan penyelewengan dana desa (DD) yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan.

Protes warga dipicu oleh kondisi jalan desa yang rusak parah, sementara realisasi proyek yang didanai oleh dana desa dianggap tidak transparan. Aksi protes ini bahkan diwarnai dengan aksi simbolik menanam pohon pisang di tengah jalan yang rusak sebagai bentuk kekecewaan. Menurut laporan media lokal, kepala desa sebelumnya telah membuat surat pernyataan pada November 2024 untuk mengembalikan dana yang diduga disalahgunakan, namun janji tersebut tidak kunjung dipenuhi hingga memicu aksi massa yang lebih besar.

Proses pengunduran diri tersebut akhirnya ditandatangani di hadapan Camat Sirampog dan unsur Muspika, yang menandai babak baru dalam pemerintahan desa. Kasus ini kemudian ditindaklanjuti oleh Inspektorat Kabupaten Brebes untuk melakukan audit investigasi. Peristiwa ini menunjukkan tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa Batursari yang sangat tinggi dalam mengawasi jalannya pemerintahan dan penggunaan anggaran. Ini menjadi sinyal kuat bahwa transparansi dan akuntabilitas ialah tuntutan mutlak dari warga untuk kemajuan desa.

Arah Pembangunan dan Harapan Masyarakat

Dengan segala potensi alam dan dinamika sosial yang menyertainya, Desa Batursari berdiri di persimpangan jalan antara tantangan dan peluang. Potensi pertanian sayuran yang sudah terbukti menjadi fondasi ekonomi yang kuat. Di sisi lain, sektor pariwisata melalui Bukit Baper menjanjikan sumber pendapatan baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung.

Namun semua potensi tersebut hanya dapat dioptimalkan jika didukung oleh tata kelola pemerintahan yang baik, transparan, dan akuntabel. Peristiwa terkait dana desa menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pemangku kepentingan, baik aparat desa maupun masyarakat, akan pentingnya pengawasan bersama dalam setiap tahap pembangunan.

Ke depan, fokus pembangunan diharapkan tidak hanya pada infrastruktur fisik seperti jalan, yang memang menjadi kebutuhan mendesak warga, tetapi juga pada pembangunan sumber daya manusia. Peningkatan kapasitas petani melalui penyuluhan, penguatan kelembagaan Pokdarwis untuk mengelola pariwisata secara profesional, serta edukasi keuangan untuk melindungi warga dari jerat rentenir merupakan beberapa agenda strategis yang perlu menjadi prioritas. Dengan semangat gotong royong dan kontrol sosial yang kuat, masyarakat Desa Batursari memiliki modal besar untuk mewujudkan desa yang maju, mandiri, dan sejahtera.